Pengerain “Ketak” Nyurbaye

IMG_20141211_141455Dusun Nyurbaye adalah sebuah dusun yang ada di Desa Saribaye Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat, kalau dilihat sepintas tidak ada yang istimewa dari dusun tersebut karena kondisinya persis sama dengan dusun-dusun lain yang ada dikecamatan Lingsar, demhan dikelilingi persawahan yang hijau dan perkebunan buah-buahan milik warga setempat.

Bahkan dusun ini juga bisa dikategorikan masih terpencil meski berjarak hanya sekitar 4 KM dari ibukota Kecamatan namun akses jalan menuju Nyurbaye sangat memprihatinkan, jalan tanah sempit dan berlubang menghiasi sepanjang jalan menuju dusun tersebut, penilis berpikir seakan dusun ini tidak pernah mendapatkan akses pembangunan infrastruktur jalan selama ini.

Namun bukan kekurangan dalam hal infrastruktur tersebut yang ingin penulis tonjolkan disini, melainkan kreatifitas warga dusun tersebut yang sangat luar biasa, Minggu 05 januari 2015 untuk kali kedua penulis menginjakkan kaki disana namun tetap saja decak kagum itu masih terdengar karena disuguhkan pemandangan langka, disetiap berugak depan rumah maupun dipojok serambi rumah milik warga selalu saja ada ibu rumah tangga maupun remaja putri yang sedang merangkai Ketak menjadi berbagai macam kerajinan tangan seperti tas, nampan piring dan gelas, mainan lampu dan lain-lain.

Ketak adalah salah satu jenis rumput hutan yang panjangnya bisa sampai lebih 2 meter dan berserat besar, setelah dikeringkan rumput itulsh kemudian yang rajut oleh tangan-tangan terampil warga dusun Nyurbaye menjadi beraneka ragam kerajinan tangan dan kemudian dipasarkan melalui artshop-artshop yang ada dikota mataram.

Adalah Mustajab, pria kelahiran 1984 dan kini sudah punya dua anak ini yang menjadi pelopor kreartivitas warga Nyurbaye dalam membuat berbagai macam kerajinan tangan, berawal semenjak dia berhenti bekerja disebuah Artshop diwilayah Mataram sekitar tahun 2004 menjadi awal untuk mencoba berkreasi, dengan ilmnu dan pengalaman yang dia dapatkan selama bekerja di beberapa Artshop, Ijap panggilan akrab lelaki berambut gondrong itu terus mengasah ilmu dan kemampuannya dalam menciptakan berbagai macam kerajjinan tangan.

Beberapa tahun kemudian hasil jerih payahnya mulai mendapat tempat dihati para pemilik artshop karena hasil karyanya mulai banyak disukai dan sering dicari oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Orderan yang kian hari makin bertambah membuatnya harus memutar otak dan berfikir bagaimana caranya agar semua permintaan dari para pelanggan dapat dipenuhinya.

Untuk merekrut karyawan untuk dipekerjakan rasanya tidak mungkin karena kondisi Mustajab saat itu yang tidak cukup punya modal untuk menjalaninya,” jangankan untuk menggaji karyawan, bengkel produksi saja tidak ada”. Tuturnya.

Namun pemuda Nyurbaye ini tidak kehabisan akal, mulailah dia mengajak ibu-ibu rumah tangga dan remaja putri sekitar rumahnya untuk dilatih membuat kerajinan tangan dari bahan Ketak, awalnya memang agak sedikit sulit karena harus meluangkan hampir semua waktunya hanya untuk fokus melatih mereka bagaimana cara merajut rumput hutan itu menjadi aneka kerajinan yang bernilai ekonomi tinggi.

Dan kerja kerasnya ternyata membuahkan hasil, hanya butuh waktu sekitar 3 bulan remaja putri dan ibu-ibu yang semula hanya pandai mencuci dan memasak kini telah menjelma menjadi pengerajin Ketak yang handal, kini Ijab tidak takut kkawatir lagi jika mendapatkan orderan banyak dari pemilik artshop langganannya, saat ini lebih dari setengah ibu rumah tangga dan remaja putri dari 130 keluarga yang ada didusun Nyurbaye menjadi karyawan lepas dari pria 2 anak berambut gondrong itu.

Menurut Jumar 42 tahun warga dusun itu mengaku jika dalam sehari istrinya bisa mendapatkan tambahan penghasilan antara 15.000 hingga 20.000 rupiah dari membuat kerajinan itu, “biasanya para ibu dan perempuan disini mengerjakannya disore hari setelah pulang dari sawah dan malam menjelang tidur” Katanya. Jumar juga mengaku sangat terbantu ekonomi keluarganya dengan adanya kegiatan ini.

Mustajab berharap suatu saat nanti dia bisa mendirikan bengkel produksi sendiri sehingga dapat mempekerjakan karyawan tetap dari warga yang ada didusunnya sehingga kegiatan itu menjadi mata pencarian tetap dan membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas dan menjanjikan bagi warga sekitar. (Abdul Satar)


Tinggalkan komentar