Sholat Tarawih Diskon 60 %

Suatu hari, di bulan Ramadan, Gus Dur bersama seorang kiai lain (kiai Asrowi)
pernah diundang ke kediaman mantan presiden Soeharto untuk buka bersama.
Setelah buka, kemudian salat Maghrib berjamaah. Setelah minum kopi, teh dan
makan, terjadilah dialog antara Soeharto dan Gus Dur.
Soeharto : “Gus Dur sampai malam di sini?”
Gus Dur : “Engga Pak! Saya harus segera pergi ke ‘tempat lain’.”
Soeharto : “Oh iya ya ya… silaken. Tapi kiainya kan ditinggal di sini ya?” jadi imam sholat tarawih
Gus Dur : “Oh, iya Pak! Tapi harus ada penjelasan.”
Soeharto : “Penjelasan apa?”
Gus Dur : “Salat Tarawihnya nanti itu ‘ngikutin’ NU lama atau NU baru?”
Soeharto jadi bingung, baru kali ini dia mendengar ada NU lama dan NU baru.
Kemudian dia bertanya.
Soeharto : “Lho NU lama dan NU baru apa bedanya?”
Gus Dur : ” Kalau NU lama, Tarawih dan Witirnya itu 23 rakaat.”
Soeharto : “Oh iya iya ya ya… ga apa-apa….”
Gus Dur sementara diam.
Soeharto : “Lha kalau NU baru?”
Gus Dur : “Diskon 60% !”
Hahahahahaha…. (Gus Dur, Soeharto dan orang-orang yang mendengar dialog
tersebut pun tertawa.)
Gus Dur : “Ya, jadi salat Tarawih dan Witirnya cuma tinggal 11 rakaat.”


Satu komentar


Tinggalkan komentar